Minggu, 16 Januari 2011

Pendidikan Tanpa Konsep, Tanpa Panutan

JAKARTA, KOMPAS.com - Arah pendidikan harus direvisi dan diperjelas karena pendidikan saat ini lebih menekankan pada aspek akademis. Sementara sisi lain yang lebih penting, seperti pembentukan karakter, kreativitas, seni, dan olahraga, justru kurang mendapat tempat.
Pendidikan yang menekan aspek akademis terlihat pada pola pengajaran yang mengutamakan hafalan.
-- Ratna Megawati

”Pendidikan yang menekan aspek akademis terlihat pada pola pengajaran yang mengutamakan hafalan,” kata Ratna Megawati, praktisi pendidikan holistik berbasis karakter, dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan Kompas bersama Yayasan Jati Diri Bangsa, Rabu (12/1/2011) di Jakarta.

Tampil dalam diskusi tersebut dosen Psikologi Universitas Atma Jaya Nani Nurachman, dosen Institut Teknologi Bandung Gede Raka, dosen Psikologi Universitas Indonesia Bagus Takwin dan Hanna Djumhana, serta praktisi pendidikan Agi Rachmat. Pendidikan yang bersifat akademis, lanjut Ratna, di sejumlah negara maju mulai ditinggalkan karena banyak sisi negatifnya.

Sisi negatif itu antara lain murid lebih bersikap pasif, hanya mendengarkan, serta komunikasi bersifat satu arah sehingga kreativitas dan potensi siswa tidak berkembang.

”Pendidikan semacam ini bisa mematikan potensi, kreativitas, dan karakter siswa,” kata Ratna.

Ketika pemerintah ingin mengembangkan pendidikan karakter, kata Ratna, konsepnya pun belum jelas. Masih ada kesalahan penafsiran antara pendidikan moral dan karakter.

”Pendidik moral itu mudah, sedangkan pendidikan karakter bersifat jangka panjang karena harus tertanam dalam perilaku sehari-hari,” kata moderator Hanna Djumhana.

Pendidikan karakter kini semakin berat karena tidak adanya tokoh panutan atau teladan di sekitar masyarakat.

”Ketidakjujuran sepertinya sudah mengakar di masyarakat, mulai dari pimpinan hingga ke lapisan bawah. Saya sedang melakukan penelitian, mengapa ketidakjujuran dan kebohongan berada di mana-mana? Apa akar masalahnya?” kata Bagus.

Agi menggarisbawahi arah pendidikan yang semakin liberal dan bangga pada budaya bangsa asing. Padahal, negara-negara lain bisa maju karena bisa menggali kekayaan lokalnya, memanfaatkan potensi dirinya.

”Kita malah bangga dengan budaya bangsa lain dan meninggalkan keluhuran bangsa sendiri,” ujarnya. (THY/LUK)

Manusia dan Monyet

Teori Darwin mengatakan bahwa manusia bersal dari monyet. Tapi kita sebagai orang muslim tidak harus mempercayai teori tersebut sebab menurut Al-qur'an bahawa manusia pertama diciptakan adalah Nabi Adam A.S. Kita sebagai manusia sebenarnya punya akal fikiran yang diberikan Tuhan-Nya untuk lebih baik dari waktu yang telah lalu dengan kata lain kita sebagai manusia harus punya perubahan yang lebih baik dari hari yang dilalui. Kalau kita berfikir logis kita tidak akan sama dengan monyet, contoh yang sangat sederhana. Ketika saya tahun 1975 masih kelas satu sekolah dasar masih belum dapat membaca baik huruf latin maupun baca Al-Qu'an, dan ketika itu juga saya melihat yang namanya DOGER MENYET, si monyet oleh tuannya disuruh pakai payung, main roda atau hal lainnya yg tidak beda dengan Doger menyet yang saya lihat sekarang ini yang dimainkan hanya seperti saya ketika tahun 1975 dengan kata lain itu si doger monyet tidak ada perubahan. Nah kalau saya bandingkan ketika saya tahun 1975 belum bisa membaca dan menulis, tetapi sekarang saya sudah dapat membaca dan menulis bahkan sebagian yang namanya persoalan matematika sekolah menengah saya dapat selesaikan, nah dapat kita simpulkan bahwa monyet bukan merupakan nenek moyang yang si Darwin asumsikan, karena monyet tidak statis tidak punya perubahan secara akal dan fikiran sedangkan manusia itu harus berubah secara jiwa dan raga serta akal fikirannya untuk kebaikan demi kelangsungan hidup yang lebih baik.

Selasa, 04 Januari 2011

Ujian Nasional 18-21 April 2011

JAKARTA, KOMPAS.com — Ujian nasional tahun pelajaran 2010/2011 jenjang sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah kejuruan (SMA/MA/SMK) akan diselenggarakan 18-21 April 2011. Sementara jenjang sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) akan dilaksanakan 25-28 April 2011.

Jadwal UN ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 45 Tahun 2010 tentang Kriteria Kelulusan dan Permendiknas Nomor 46 tentang Pelaksanaan UN SMP dan SMA Tahun Pelajaran 2010/2011 yang ditandatangani Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh Senin (4/1/2011) di Jakarta.

Dalam UN April mendatang sudah digunakan formula baru untuk menentukan kelulusan yaitu nilai gabungan antara nilai UN dengan nilai sekolah yang meliputi ujian sekolah dan nilai rapor.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdiknas Mansyur Ramly mengatakan, UN Susulan SMA/MA/SMK akan dilaksanakan 25-28 April 2011 dan pengumuman kelulusan oleh satuan pendidikan paling lambat 16 Mei 2011.

Sementara UN Susulan SMP/MTs diselenggarakan 3-6 Mei 2011, sedangkan pengumuman UN SMP/MTs oleh satuan pendidikan pada tanggal 4 Juni 2011. "UN kompetensi keahlian kejuruan SMK dilaksanakan sekolah paling lambat sebulan sebelum UN dimulai," kata Mansyur.

Sebelum kelulusan diumumkan, sekolah mengirimkan hasil nilai sekolah untuk digabungkan dengan hasil nilai UN ke Kemdiknas. Selanjutnya, setelah digabungkan dengan formula 60 persen UN ditambah dengan 40 persen nilai sekolah, nilai tersebut dikembalikan lagi ke sekolah. Sekolah menggabungkan nilai dengan mata pelajaran lain. "Kan ada tujuh mata pelajaran lain yang harus lulus. Yang menentukan kelulusan tetap satuan pendidikan," kata Nuh.

Nuh melanjutkan, dari peta nilai akan dilakukan analisis setiap sekolah. Sekolah yang nilainya rendah akan dilakukan intervensi seperti tahun 2010 yakni memberikan insentif dana sebesar Rp 1 miliar sebagai stimulus kepada 100 kabupaten/kota yang memiliki nilai UN rendah.

Insentif dana itu diberikan pada kabupaten/kota dengan persentase kelulusan siswa kurang dari 80 persen. Selain dana, pemerintah juga melakukan intervensi program peningkatan kompetensi guru dan remedial. "Tidak ada target khusus kelulusan siswa. Targetnya kejujuran pelaksanaan UN. Itu yang lebih mahal karena dari angka kelulusan tahun lalu sudah 99 persen," kata Nuh.

Sabtu, 01 Januari 2011

Desentralisasi Bos jadi ajang latihan Anti Korupsi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Terkait BOS, Kemendiknas meminta pemerintah daerah untuk menyediakan BOS daerah. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Kemendiknas Suyanto menyatakan total biaya operasional di tingkat SD mencapai Rp 580 ribu, sementara untuk jenjang SMP sebanyak Rp 710 ribu.

Dana BOS yang disalurkan pemerintah pusat untuk SD hanya Rp 397 ribu dan SMP Rp 570 ribu per siswa. Dari jumlah tersebut berarti ada kekurangan sebesar 68,4 % BOS di SD dan SMP sejumlah 80,3 %. "Pemerintah daerah wajib menutupi kekurangan 50 % untuk biaya operasional ditingkat SD dan SMP," ujarnya.

Mendiknas menyatakan pengalihan dana BOS ke daerah sebagai media atau lahan untuk menanamkan perilaku antikorupsi. Dia berharap desentralisasi BOS ini tidak diartikan negatif sebagai lahan korupsi. "Untuk latihan jiwa antikorupsi maka latihannya kita berikan daerah yang mengelola pengelola keuangan BOS," papar Mendiknas.

Sepanjang 2010 ini juga, Kemendiknas tidak memungkiri adanya penyaluran tunjangan profesi yang mandek. Wakil Menteri Pendidikan, Fasli Jalal menyatakan yang terpenting adalah hak guru tetap harus diberikan. "Adanya tunjangan yang penyalurannya tertunda karena masalah verifikasi, maka ditemukan guru-guru yang belum mendapat tunjangan itu," kata dia.

Namun, kata Fasli, bangsa ini adalah bangsa yang memberikan perhatian besar kepada guru dari adanya tunjangan profesi itu. Sebab, profesi lain tidak mendapatkan tunjangan seperti layangnya guru.
Red: Djibril Muhammad